PUNCAK - Di tengah selimut kabut pagi yang menyelimuti perbukitan Kabupaten Puncak, sebuah pemandangan tak biasa terhampar di SMA Kristen Omukia, Distrik Omukia, pada Rabu, (12/11/2025). Halaman sekolah yang biasanya sunyi kini berdenyut dengan riuh rendah tawa, gelora semangat, dan semburat warna-warni ceria. Bukan dari arena latihan militer apalagi upacara resmi, melainkan dari kibasan kuas para prajurit TNI yang berpadu mesra dengan keceriaan para siswa dalam balutan gotong royong.
Personel Satgas Yonif 700/Wira Yudha Cakti (WYC) dari Pos Titik Kuat Bendungan, tanpa ragu, turut serta menggoreskan cat baru di dinding sekolah. Mereka bahu-membahu bersama para pendidik dan para pelajar, mengubah dinding yang tadinya kusam dan lusuh menjadi kanvas cerah yang memancarkan semangat baru bagi dunia pendidikan di jantung Papua.
“Kami ingin menciptakan suasana belajar yang menyenangkan bagi anak-anak. Warna ini bukan sekadar cat di dinding, tapi simbol harapan dan semangat baru yang kami bawa, ” ujar Lettu Inf Risal, Komandan Pos yang dengan sigap memimpin langsung kegiatan ini. Beliau menambahkan, sambil tersenyum di tengah bercak cat yang menghiasi seragam lorengnya, “Gotong royong ini adalah bentuk kasih kami kepada masyarakat. Kami ingin tumbuh bersama mereka, bukan sekadar menjaga dari jauh.”
Kegiatan yang mungkin terlihat sederhana ini ternyata membawa gelombang perubahan besar bagi denyut nadi pendidikan di Omukia. Para siswa dengan riang gembira turut serta dalam pengecatan pagar sekolah dan ruang kelas, berbagi tawa riang dengan para prajurit yang mereka anggap layaknya kakak sendiri. Onias, seorang guru senior di SMA Kristen Omukia, tak kuasa menahan haru menyaksikan transformasi ini.
“Sekolah kami kini tampak hidup kembali. Anak-anak jadi lebih bersemangat untuk datang ke sekolah. Terima kasih banyak kepada Satgas WYC, bukan hanya karena cat baru yang mereka berikan, tetapi karena mereka telah membawa semangat baru yang menular, ” ujarnya dengan mata berkaca-kaca.
Menurutnya, kegiatan yang menggabungkan elemen sosial dan edukasi seperti ini memiliki peran krusial dalam mempererat rasa kebersamaan, terutama di tengah berbagai tantangan yang dihadapi dalam menyediakan pendidikan di daerah terpencil. “Kadang, hal sekecil cat baru saja sudah mampu menyalakan api semangat yang besar dalam diri mereka, ” tambahnya penuh harap.
Bagi para prajurit Satgas Yonif 700/WYC, keterlibatan dalam kegiatan ini bukan semata-mata bentuk kepedulian sosial, melainkan perwujudan nyata dari pendekatan teritorial humanis yang menjadi landasan strategi TNI di Papua. Para prajurit tidak hanya berperan sebagai penjaga kedaulatan negeri, namun juga sebagai pelayan kemanusiaan dan motor penggerak pembangunan.
Pangkoops Habema, Mayjen TNI Lucky Avianto, menekankan betapa pentingnya kehadiran TNI yang mampu membaur dan menyatu dengan masyarakat. “Kehadiran TNI di Papua harus selalu mengedepankan pendekatan humanis, sejalan dengan amanat Inpres Nomor 9 Tahun 2020 tentang Percepatan Pembangunan Kesejahteraan Papua. Prajurit tidak hanya bertugas menjaga keamanan, tetapi juga harus menjadi bagian tak terpisahkan dari masyarakat, membantu mengatasi segala kesulitan yang ada, dan terutama, memperkuat harapan rakyat Papua, ” tegasnya dengan penuh keyakinan.
Pada hari itu, di SMA Kristen Omukia, warna-warna cat yang membalut dinding bukan sekadar lapisan pelindung. Ia adalah simbol perubahan, kisah tentang persaudaraan yang tak kenal batas, kepedulian yang mendalam, dan cinta tulus untuk negeri di ujung timur Indonesia. Loreng khas para prajurit berpadu harmonis dengan seragam putih-abu-abu para siswa, mengukir sebuah narasi sederhana namun sarat makna. Dari setiap sapuan kuas dan derai tawa yang menggema, tumbuhlah keyakinan teguh bahwa Papua tidak hanya dijaga dengan kekuatan senjata, tetapi juga dirangkai dengan cinta, diwarnai dengan harapan, dan dibangun melalui kerja sama yang solid. Di antara siluet perbukitan Omukia, masa depan yang lebih cerah kini mulai menampakkan sinarnya. (PERS)

Ibrahim