PUNCAK - Setahun sudah Satgas Pamtas Mobile Yonif 700/Wira Yudha Cakti (WYC) mengabdi di dataran tinggi Papua, tepatnya di wilayah Puncak. Bukan sekadar patroli rutin yang menjadi tolok ukur keberhasilan mereka, melainkan senyum riang anak-anak yang kembali mewarnai hari. Sejak Januari hingga November 2025, personel TNI ini menyebar di lima distrik strategis Ilaga, Ilaga Utara, Gome, Omukia, dan Gome Utara berupaya memadukan tugas pengamanan dengan sentuhan kemanusiaan yang menyentuh keseharian warga.
Di tengah stigma operasi bersenjata, kehadiran Satgas Yonif 700/WYC justru membawa cerita berbeda. Mereka tak hanya fokus pada pengamanan, tetapi juga merajut kembali benang pendidikan, layanan kesehatan, dan interaksi sosial yang sempat terputus akibat konflik dan medan yang sulit.
“Keamanan sekarang bukan hanya soal tentara ada, tapi warga terasa berani keluar rumah. Anak kecil itu indikator paling jujur. Kalau mereka mulai kejar-kejaran lagi di jalan dan berani ke sekolah tanpa dikawal orang tua, berarti suasananya aman, ” ujar Kepala Distrik Ilaga Utara, Agus Murib (54), kepada wartawan di Ilaga pada Minggu (30/11/2025), menggambarkan perubahan atmosfer keamanan yang begitu terasa di ruang publik dan sekolah.
Dari Pos Bendungan Ilaga, Komandan Pos, Lettu Inf. Risal (29), memaparkan filosofi operasi tahun ini yang sangat mengutamakan pembangunan kepercayaan.
“Patroli tetap kami jalankan, tapi yang kami amankan bukan hanya wilayah yang kami jaga itu rutinitas warga. Kami buat kelas baca-tulis di pos, kami antar obat ke honai, dan kami kerja bakti di gereja dan sekolah. Kalau hubungan dengan warga rapuh, akses kami untuk mencegah gangguan keamanan juga rapuh, ” jelas Risal.
Pendekatan yang humanis ini membuahkan hasil yang nyata. Di Ilaga Utara, kegiatan belajar mengajar yang sempat terhenti kini kembali bergeliat. Mesak Tabuni (38), Guru SD YPPK Kimak, mengakui peran personel TNI dalam membantu percepatan literasi.
“Waktu personel TNI membantu mengajar, anak-anak makin cepat bisa baca. Mereka merasa seperti belajar dari kakak sendiri. Itu membuat mereka semangat, ” ungkap Mesak.
Program layanan kesehatan keliling pun menjadi penolong bagi warga yang membutuhkan. Mulai dari flu, batuk, hingga keluhan pinggang, mereka mendapatkan pemeriksaan dan pengobatan gratis.
“Puskesmas jauh dan sering tidak terjangkau karena cuaca. Kalau Satgas yang datang ke kami, itu seperti berkat turun sendiri, ” tutur Koordinator Kesehatan Gome Utara, Mama Marlene Wonda (47), mengapresiasi konsistensi kehadiran Satgas.
Di sektor ekonomi, geliat pasar dan aktivitas kebun di Distrik Gome, Omukia, dan Ilaga mulai stabil.
“Tahun ini kebun torang (kami) kembali hidup. Kalau aman, keladi, sayur, pisang itu bisa bicara sendiri di pasar, ” kata tokoh adat Omukia, Undius Kogoya (60), optimis menyambut pertumbuhan ekonomi yang lebih cepat.
Selain itu, kegiatan senam pagi dan bakti sosial menjadi perekat sosial yang kian menguatkan ikatan antar aparat, gereja, dan warga.
Panglima Komando Operasi (Pangkoops) Habema, Mayjen TNI Lucky Avianto (52), menegaskan kembali esensi operasi di Papua yang harus berpijak pada kemanusiaan.
“Keamanan di Papua bukan hanya menurunkan gangguan, tetapi menegakkan hak. Anak-anak di Puncak berhak tertawa, berhak sekolah, dan berhak bermimpi. Kami menilai keberhasilan ketika senyum kembali muncul, bukan ketika ketakutan hilang sesaat, tapi ketika rasa percaya tumbuh dan menetap, ” tegas Mayjen Lucky melalui sambungan radio satuan pada Minggu (30/11/2025).
Setahun penugasan Yonif 700/WYC di Puncak membuktikan bahwa perdamaian sejati dirajut bukan hanya melalui kewaspadaan, tetapi melalui keberlanjutan ruang hidup warga. Sekolah yang kembali membuka pintunya, kebun yang subur digarap, pasar yang ramai, dan anak-anak yang berlarian dengan riang di bawah naungan Sang Merah Putih, adalah bukti nyata dari operasi hati yang telah mereka jalankan.

Updates.