INTAN JAYA - Embun pagi masih menggantung di Kampung Jalai, Distrik Sugapa, Intan Jaya, Papua Tengah, saat iring-iringan prajurit Satgas Yonif 712/Wiratama tiba dengan misi tak lazim: memborong hasil kebun warga. Di tengah dinginnya pegunungan, Sabtu (29/11/2025), mereka hadir bukan dengan senjata terhunus, melainkan untuk menyerap langsung komoditas pertanian lokal.
Program “Borong Hasil Tani” menjadi penawar dahaga ekonomi bagi mama-mama Papua. Ubi jalar, sayur mayur, pisang gunung, hingga buah merah yang telah mereka tata di lapak pinggir jalan, ludes tak sampai satu jam. Wajah lelah seketika berganti sumringah; transaksi sederhana ini menjelma harapan, penopang pendapatan di wilayah yang terpencil dengan akses pasar dan transportasi yang mahal.
“Kami memetakan titik jual warga dan datang langsung ke lapak. Ini bukan bantuan, ini ekonomi serap langsung. Kami ingin petani tahu, hasil kebun mereka punya pembeli pasti, ” ujar Sertu M. Ridwan, Bintara Pembina Desa (Babinsa) Pos Sugapa yang mengawal kegiatan.
Kapten Inf Denny Kurniawan, Danpos Sugapa, menegaskan prioritas operasi teritorial dalam menjaga wilayah. “Di Intan Jaya, rasa aman dan perut kenyang sama pentingnya. Kami memastikan warga tidak rugi di lahan sendiri. Ini cara kami menjaga wilayah tanpa jarak dengan rakyat, ” tegasnya.
Mama Lidia Ugimba (52), pedagang ubi asal Jalai, tak mampu menyembunyikan harunya. Bertahun-tahun ia berjuang memanggul hasil kebun menuju pasar distrik, seringkali pulang dengan barang tak terjual. “Kalau hari-hari begini kami bisa tidur tenang. Tidak takut panen jadi sia-sia. TNI datang boleh dorong kami punya kebun laku semua. Itu penyelamat keluarga, ” tuturnya penuh syukur.
Langkah Satgas Yonif 712/Wiratama diapresiasi Penjabat Bupati Intan Jaya, Apolos Bagau. “Ekonomi di pedalaman sering tak stabil karena biaya angkut dan distribusi. Ketika hasil kebun diserap langsung oleh prajurit, warga punya likuiditas uang harian, itu menggerakkan roda ekonomi kampung, ” jelasnya.
Dari Jayapura, Pangkoops Habema Mayjen TNI Lucky Avianto menekankan pentingnya pendekatan non-kinetik. “Keamanan dan kesejahteraan di Papua dua sisi mata uang yang sama. Borong hasil tani adalah operasi kepercayaan—pondasi bagi stabilitas jangka panjang. Jika pasar hidup, kampung pun kuat, ” katanya.
Dr. Rumer Neles Tebai, pengamat sosial dari Universitas Sains dan Teknologi Jayapura, menyoroti dampak psikologis dan sosial program ini. “Warga tidak hanya mendapat uang, tetapi juga merasa diakui sebagai mitra, bukan objek. Ini membangun kelekatan sosial plus penguatan ekonomi rumah tangga, ” ujarnya.
Di jalanan terjal Intan Jaya, program Borong Hasil Tani menampilkan wajah lain TNI: serdadu yang menenteng dua misi—mengamankan dan menyalakan harapan. Sebuah cerita tentang kehadiran negara yang tak berteriak, tapi dirasakan hangat oleh warganya.
