INTAN JAYA - Di jantung Kampung Zanepa, Distrik Homeyo, Intan Jaya, Papua Tengah, sebuah pemandangan tak biasa tersaji pada Rabu, (26/11/2025). Dinding papan yang sederhana menjadi saksi bisu transformasi prajurit Satgas Pamtas RI–PNG Mobile Yonif 113/Jaya Sakti (JS) Pos TK Zanepa. Keseharian mereka berjaga di ujung rimba kini dilengkapi peran baru: menjadi guru bagi anak-anak usia dini.
Melalui inisiatif bertajuk “Jaya Sakti Pintar”, dua prajurit, Serda Salman Alfarizi dan Praka Peri Marbun, tak lagi memegang senjata, melainkan buku dan alat peraga sederhana. Mereka dengan sabar mengajarkan huruf, angka, hingga cara membaca suku kata kepada anak-anak Zanepa yang sebelumnya harus menempuh perjalanan berat demi pendidikan.
Suasana kelas terasa hidup. Tawa riang anak-anak berpadu dengan semangat mereka mengeja dan menghitung. Kartu huruf buatan tangan dan balok hitung menjadi alat bantu yang efektif, menciptakan pembelajaran yang interaktif dan menyenangkan.
Serda Salman Alfarizi mengungkapkan bahwa program ini murni lahir dari kepedulian terhadap kondisi anak-anak. “Kami sering patroli dan singgah di kampung. Dari situ kami lihat anak-anak haus belajar, tapi sekolah mereka jauh sekali. Jadi, kami bikin kelas di sini. Bukan soal jadi guru, tapi soal memastikan mereka tetap belajar, ” tuturnya di sela kegiatan.
Ia menambahkan, TNI ingin menjadi penyambung harapan bagi generasi penerus. “Di sini, batas negara kami jaga. Tapi mimpi anak-anak ini tidak boleh dibatasi oleh medan, jarak, atau situasi, ” tegasnya.
Kepala Kampung Zanepa, Pigayap Maga, menyambut baik inisiatif ini. Ia merasakan dampak positifnya langsung pada dinamika sosial kampung. “Belajar di tempat seperti ini penting sekali. Anak-anak sekarang tidak takut lagi datang ke kelas. Mereka lihat tentara bawa buku, bukan hanya senjata. Itu bikin orang tua tenang dan bangga, ” ujarnya.
Kebahagiaan tak terhingga terpancar dari Mama Lince Tabuni (43), salah satu orang tua murid. Ia tak kuasa menahan haru melihat putrinya berhasil mengeja namanya sendiri untuk pertama kali. “Saya lihat anak-anak ketawa tapi serius. Saat anak saya tulis namanya sendiri, saya rasa seperti lihat masa depan membuka pintu, ” ungkapnya.
Suster Agathina, seorang pendamping PAUD lokal yang telah lama berjuang memberikan pendidikan di sana, mengakui peran krusial para prajurit. “Kami kekurangan pengajar setiap hari. Mereka disiplin bantu jam belajar, bahkan buat alat peraga sendiri. Anak-anak ikut gembira, tapi tercapai target belajarnya, ” katanya.
Di antara keceriaan anak-anak, Yustina Maga (11), salah satu murid, dengan lantang mengungkapkan cita-citanya. “Saya mau jadi dokter biar bisa obati mama saya. Bapak tentara ajar saya baca biar saya bisa pintar, ” ucapnya polos, disambut tepuk tangan riuh dari teman-temannya.
Program “Jaya Sakti Pintar” berjalan lancar dan terukur, didukung penuh oleh seluruh elemen masyarakat kampung dan para pendamping PAUD. Inisiatif ini menegaskan kembali komitmen Satgas Yonif 113/JS, tidak hanya menjaga kedaulatan negara, tetapi juga turut mencerdaskan kehidupan bangsa melalui pendidikan usia dini yang semakin merakyat.
