Pesta Daun Pisang dan Persaudaraan: Ketika Prajurit Raja Alam Menyatu dengan Rakyat Papua

    Pesta Daun Pisang dan Persaudaraan: Ketika Prajurit Raja Alam Menyatu dengan Rakyat Papua

    PAPUA - Di sebuah sore yang tenang di pedalaman Papua, di bawah langit biru dan hembusan angin lembah yang lembut, terhampar pemandangan yang menyentuh hati: prajurit Satgas Yonif 613/Raja Alam duduk melingkar bersama warga, tokoh adat, dan tokoh gereja. Tidak ada kursi megah atau meja panjang hanya daun pisang yang dijadikan alas hidangan sederhana. Namun di balik kesederhanaan itu, tercipta kemewahan sejati: kehangatan, kebersamaan, dan persaudaraan yang tulus. Sabtu (1/11/2025).

    Dalam momen penuh makna itu, warna hijau loreng prajurit berpadu dengan warna-warni kain adat Papua, membentuk harmoni yang jarang terlihat di medan tugas. Suasana penuh canda, cerita, dan tawa. Mereka tidak sedang membicarakan perang atau strategi militer mereka sedang berbicara tentang kehidupan, tentang harapan, tentang masa depan yang ingin mereka bangun bersama.

    “Tuhan memberkati seluruh prajurit TNI dalam setiap tugas dan pengabdian. Terima kasih karena telah menjadikan Papua bukan hanya wilayah tugas, tetapi rumah kedua yang penuh kasih dan persaudaraan, ” ujar Pendeta Tua Kori, dengan suara bergetar. Baginya, kehadiran para prajurit di kampung bukan ancaman, melainkan pelindung dan keluarga yang baru.  

    Sementara itu, Lettu Inf Neto Fernandez, salah satu prajurit Satgas, menuturkan bahwa kebersamaan seperti ini adalah inti dari pengabdian mereka.  

    “Kami datang bukan hanya membawa senjata, tetapi membawa hati. Tugas kami adalah menjaga, melindungi, dan merawat kepercayaan rakyat. Persaudaraan ini adalah kekuatan sejati TNI, ” ungkapnya penuh ketulusan.  

    Kehangatan yang terjalin di atas daun pisang itu bukan sekadar simbol kebersamaan sesaat, tetapi wujud nyata kemanunggalan TNI dan rakyat ikatan yang lahir dari cinta dan rasa saling menghormati. Dalam suasana akrab itu, mereka tidak lagi dipisahkan oleh status atau seragam; semua menjadi satu keluarga besar yang diikat oleh rasa kemanusiaan.  

    Momen kebersamaan ini pun mendapat apresiasi dari Panglima Komando Operasi TNI Habema, Mayjen TNI Lucky Avianto, yang menegaskan bahwa inilah jiwa sejati seorang prajurit.  

    “Kemanunggalan TNI dan rakyat bukan sekadar semboyan itu adalah napas perjuangan kita. Prajurit harus menjadi penyejuk, perekat, dan sumber inspirasi. Karena rakyat adalah ibu kandung TNI, dan Papua adalah bagian dari rumah besar kita bersama, ” ujarnya tegas.  

    Dalam kesederhanaan pesta daun pisang itu, ada pesan mendalam yang bergema dari tanah Papua: bahwa perdamaian tidak dibangun dengan kekuasaan, melainkan dengan hati; dan persaudaraan tidak lahir dari perintah, melainkan dari kasih.  

    Dan di antara tawa dan doa sore itu, tumbuh keyakinan yang sama bahwa di ujung timur negeri ini, TNI dan rakyat Papua telah menjadi satu nadi, satu keluarga, dan satu Indonesia. 

    (Lettu Inf Sus/AG)

    kemanunggalantni papuadamai saudarasebangsa
    Jurnalis Agung

    Jurnalis Agung

    Artikel Sebelumnya

    Hangat di Tengah Pegunungan: Prajurit Jaya...

    Artikel Berikutnya

    Banau Bergiar Jumat: Sentuhan Kasih dari...

    Berita terkait

    Rekomendasi

    Jelang Natal 2025, TNI–Jemaat GKII Antiokhia Yokatapa Satukan Doa, Kokohkan Damai di Intan Jaya
    ROSITA di Intan Jaya: TNI Borong Hasil Tani Mama Papua, Nyalakan Mesin Ekonomi di Pegunungan
    Di Bawah Cahaya Iman Tumbupur, Satgas 408/Sbh Rajut Damai lewat Ibadah dan Layanan Kesehatan
    Semangat Merah Putih Berkibar di Honai Jelang Natal Papua
    Doa Bersama di Goa Balim: Loreng dan Iman Tanda Damai Pedalaman Papua

    Ikuti Kami