PAPUA BARAT DAYA - Di tengah bentang alam Kampung Sorry, Kabupaten Maybrat, Papua Barat Daya, prajurit Satgas Pamtas RI–PNG Mobile Yonif 10 Marinir/SBY menggelar aksi kemanusiaan yang menyentuh langsung hati warga. Pada Senin, (1/12/2025), mereka tak sekadar mendistribusikan paket sembako, melainkan mengantarkannya langsung ke depan pintu setiap rumah. Pendekatan unik ini bukan hanya memastikan bantuan tiba tepat sasaran, tetapi juga menjadi jembatan penguat ikatan sosial antara TNI dan masyarakat adat di jantung perbatasan negeri.
Berbeda dari metode pembagian konvensional yang mengumpulkan massa, para prajurit Marinir ini rela menaklukkan medan berbatu dan berbukit di Maybrat. Setiap paket berisi beras, minyak goreng, mie instan, gula, dan kebutuhan pokok lainnya, dibawa dengan semangat pengabdian. Langkah ini mencerminkan komitmen mendalam untuk hadir di tengah kesulitan masyarakat.

“Kami pilih sistem antar ke rumah agar bantuan benar-benar dirasa, bukan hanya diterima. Banyak warga di sini mengandalkan hasil kebun dan berburu. Saat musim hujan ekstrem, akses terganggu dan kebutuhan bahan pokok meningkat. Kami antar langsung agar tak mengganggu aktivitas mereka dan setiap keluarga tersentuh sama rata, ” ujar Kapten Marinir Dwi Kurniawan, Komandan Pos yang memimpin kegiatan.
Lebih dari sekadar distribusi logistik, strategi ini diakui Kapten Dwi sebagai pendekatan teritorial berbasis kemanusiaan. Ia menambahkan, “Di perbatasan, persatuan dirawat lewat perjumpaan. Ketika negara hadir di depan pintu rumah, itu bukan soal bantuan, tapi soal pengakuan bahwa mereka adalah bagian penting dari Indonesia.” Pendekatan ini terbukti efektif membangun rasa percaya di garis terdepan perbatasan.
Albertus Kambu (54), seorang perwakilan keluarga adat yang menerima bantuan, tak kuasa menahan haru. “Bapak Marinir datang bukan hanya bawa barang, tapi bawa hati. Mereka duduk sejenak, tanya kabar, lihat anak-anak. Ini yang buat kami merasa dihargai. Terima kasih, Tuhan dan leluhur pasti jaga kalian, ” ucap Albertus, menggambarkan kedalaman makna dari kehadiran para prajurit.
Komandan Brigif 4 Marinir/Bhumi Suro Buyo (BS), Kolonel Marinir R. H. Djamaluddin, mengapresiasi kegiatan tersebut sebagai bagian integral dari tugas negara. “Perbatasan bukan hanya garis yang dijaga, tapi ruang hidup yang dirawat. Prajurit kami bertugas mengamankan kedaulatan, namun di saat bersamaan harus memastikan denyut kesejahteraan tetap berjalan. Inilah fungsi TNI sebagai pelindung bagi wilayah dan manusianya, ” tegas Kolonel Djamaluddin.
Operasi kemanusiaan ini berlangsung tanpa seremoni megah, tanpa sorak-sorai pengeras suara. Hanya ada ketukan pintu yang ramah, senyum tulus saat penyerahan bantuan, dan dialog singkat yang hangat. Di Andugume dan Maybrat, pendekatan personal ini telah berhasil menepis sekat psikologis antara agenda keamanan dan kebutuhan harian warga.
Aksi Satgas Yonif 10 Marinir/SBY di Papua Barat Daya ini menegaskan kembali peta besar misi mereka: mobile security, territorial bonding, dan social care tiga pilar yang berjalan beriringan demi menjaga kedaulatan dan merawat kesejahteraan masyarakat di garda terdepan bangsa.

Updates.