INTAN JAYA - Lapangan voli di Kampung Ngagemba, Distrik Hitadipa, Intan Jaya, Papua Tengah, pada Senin (01/12/2025) sore, bukan sekadar arena permainan, melainkan panggung meriahnya persaudaraan. Di tempat yang dibangun bersama oleh warga dan personel Satgas Pamtas RI–PNG Mobile Yonif 113/Jaya Sakti (JS), dentuman bola, suara smash yang memecah kesunyian, serta riuh sorak warga berhasil menenggelamkan sekat antara prajurit dan masyarakat pedalaman.
Kegiatan unik ini, digagas oleh personel Pos/Danpos Maya, berlangsung di tengah keterbatasan fasilitas olahraga formal. Namun, semangat kebersamaan justru membuncah. Warga dari Kampung Ngagemba dan Kampung Ogeapa hadir memenuhi lapangan, membaur dalam pertandingan voli yang dijalani dengan santai namun penuh makna. Momen ini menjadi bukti nyata bahwa persaudaraan sejati lahir dari perjumpaan langsung, bukan sekadar kata-kata manis.

“Di sini kami tidak hanya bertugas menjaga perbatasan, tapi menjaga perjumpaan. Lapangan ini rumah kedua kita. Bermain voli artinya duduk setara kami, guru, mama-mama, bapak adat, semua satu tim besar, ” ujar Komandan Pos TK/Pos Maya, Kapten Inf Farid Makruf, di sela pertandingan, Senin (01/12/2025). Ia menekankan pentingnya olahraga sebagai sarana membangun relasi sosial di kawasan terpencil, di mana kepercayaan harus dipupuk melalui kehadiran nyata.
Kapten Farid menambahkan, kegiatan ini merupakan bagian dari pendekatan mobile territorial engagement yang memberikan manfaat psikologis dan kesehatan.
“Kami ingin masyarakat Papua merasa lapangan ini bukan milik TNI, bukan milik kampung tertentu, tapi milik kebersamaan. Bola boleh jatuh, tapi rasa saudara jangan, ” tuturnya.
Tokoh masyarakat Kampung Ngagemba, Yusuf Wamone (52), menyambut positif inisiatif ini. Ia mengungkapkan bahwa olahraga menjadi jembatan untuk memutus stereotip tentang kehadiran prajurit di pedalaman.
“Kami bicara lewat permainan. Tidak ada perbedaan di lapangan. Hari ini kami lihat tentara tidak hanya kuat di hutan, tapi ramah saat bermain. Itu membuat anak-anak dan orang tua semakin hormat, ” ungkap Yusuf, Senin (01/12/2025).
Dampak positif kegiatan ini juga dirasakan oleh para pendidik. Guru SD YPPK Ngagemba, Maria Wam, S.Pd (40), yang turut menyaksikan, menilai ini sebagai sarana membangun keberanian sosial anak.
“Mereka belajar keberanian sosial dari sini. Sebelum smash, mereka belajar percaya pada orang baru. Olahraga seperti ini jadi ‘ruang aman’ bagi anak untuk tumbuh tanpa rasa takut, ” ujarnya, Senin (01/12/2025).
Dari sisi warga, Malena Tipagau (32) dari Kampung Ogeapa, yang ikut serta dalam pertandingan, merasakan kehangatan yang lebih dari sekadar permainan.
“Volinya seru, tapi yang juara itu kebersamaannya. Lapangan ini dulu hanya impian, sekarang menjadi tempat kami kumpul hal-hal baik, ” katanya, Senin (01/12/2025).
Pertandingan ditutup dengan hangat, tanpa seremoni megah, hanya jabat tangan, tawa, dan janji untuk bertemu kembali pekan depan. Di rimba Ngagemba dan Ogeapa, kemenangan sejati terukir bukan dari skor akhir, melainkan dari eratnya hubungan, tumbuhnya kepercayaan, dan hidupnya ruang kebersamaan.
