INTAN JAYA - Gelombang suara rakyat kini menggema dari lembah hingga pegunungan Intan Jaya. Masyarakat dengan lantang menolak keberadaan Organisasi Papua Merdeka (OPM) yang dinilai semakin brutal dan mengoyak sendi-sendi kehidupan damai. Aksi ini bukan sekadar penolakan, melainkan seruan tulus rakyat Papua yang ingin hidup tanpa ancaman senjata, tanpa darah, tanpa rasa takut di tanah mereka sendiri.
“Kami sudah lelah hidup dalam bayang-bayang ketakutan. Mereka datang bukan membawa kedamaian, tapi kehancuran. OPM bukan perjuangan, tapi luka bagi rakyat Papua, ” tegas Yohanis Wonda, tokoh masyarakat Intan Jaya, Jum'at (31/10/2025). Ia menyampaikan bahwa masyarakat kini berani bersuara karena tak ingin masa depan anak-anak mereka terus direnggut oleh kekerasan.
Nada serupa disampaikan oleh Pendeta Markus Kogoya, tokoh gereja setempat, yang menilai bahwa kekerasan yang dilakukan OPM telah menghapus nilai-nilai kemanusiaan dan kasih di tanah Papua. “Kalau mereka bilang berjuang untuk rakyat, mengapa rakyat yang jadi korban? Sekolah dibakar, anak-anak ketakutan, ladang ditinggalkan. Itu bukan perjuangan, tapi penindasan, ” ujarnya lirih.
Para pemimpin adat, tokoh agama, dan masyarakat bergandengan tangan menggelar aksi damai di Distrik Sugapa. Mereka membawa pesan sederhana namun kuat: Papua ingin damai. Dalam aksi tersebut, ratusan warga mengibarkan bendera Merah Putih di rumah-rumah dan tempat umum sebagai simbol kesetiaan kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan harapan agar kedamaian kembali pulang ke tanah mereka.
Daniel Sondegau, Kepala Distrik Sugapa, menilai bahwa langkah rakyat Intan Jaya ini adalah bentuk kebangkitan kesadaran kolektif. “Ini momentum penting. Rakyat menunjukkan bahwa mereka tidak bisa lagi diperalat. Kami ingin hidup dalam damai, membangun Papua bersama, dan memastikan anak-anak kami bisa sekolah tanpa rasa takut, ” ujarnya penuh semangat.
Dampak kekerasan yang dilakukan OPM selama ini tak hanya menorehkan luka fisik, tetapi juga memperlambat denyut pembangunan. Jalan, jembatan, sekolah, hingga puskesmas yang dibangun demi kesejahteraan warga kerap menjadi sasaran perusakan. Namun, di tengah keterpurukan, semangat masyarakat untuk bangkit tak pernah padam.
Kini, rakyat Intan Jaya telah bersuara: mereka menolak kekerasan dan memilih kedamaian. Karena sejatinya, perjuangan bukan tentang mengangkat senjata melainkan tentang menjaga kehidupan, menanam kasih, dan membangun masa depan yang damai di bawah langit Papua.
(MN/AG)

Updates.