PUNCAK - Di tengah dinginnya udara pegunungan dan tantangan akses yang menyelimuti Distrik Wangbe, Kabupaten Puncak, secercah harapan pendidikan kembali berpendar terang. Minggu, (16/11/2025), para prajurit Satgas Pamtas RI-PNG Yonif 732/Banau yang mengemban tugas mulia menjaga kedaulatan perbatasan, mengambil peran sebagai pendidik, mengisi kekosongan tenaga pengajar di Kampung Wangbe.
Dipimpin oleh Serda Arly, personel Pos Wangbe mengubah markas tugas mereka menjadi ruang kelas dadakan. Meski sederhana, suasana di sana dipenuhi semangat belajar dan riuh tawa anak-anak. Program Gadik (Tenaga Pendidik) ini menjadi bukti nyata pengabdian TNI dalam upaya pemerataan pendidikan di wilayah terpencil.
Setiap anak-anak Wangbe mendapatkan kesempatan berharga untuk belajar Bahasa Indonesia, membaca, dan berhitung langsung dari para prajurit. Tak hanya materi akademis, nilai-nilai luhur seperti kedisiplinan, kepercayaan diri, dan kecintaan mendalam pada Tanah Air turut disisipkan dalam setiap sesi pembelajaran. Suasana kelas yang akrab membuat para siswa begitu antusias, seolah menemukan pengalaman belajar baru yang tak terlupakan.
Bapak Markus, seorang tokoh masyarakat Wangbe, tak bisa menyembunyikan rasa syukurnya atas kehadiran para prajurit. “Kehadiran bapak-bapak TNI sangat membantu, terutama untuk pelajaran tertentu. Anak-anak senang dan kami merasa beban menjadi lebih ringan. Mereka dapat tambahan ilmu dan pengalaman belajar yang berbeda, ” ujarnya penuh haru.
Kapten Inf Gery, Danpos Wangbe, menegaskan bahwa kegiatan ini adalah wujud komitmen moral TNI dalam membentuk masa depan Papua. “Program Gadik adalah wujud pengabdian kami untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, khususnya di wilayah perbatasan. Kami ingin anak-anak Wangbe tetap semangat sekolah dan berani bermimpi tinggi, ” tegasnya, berharap kehadiran prajurit di kelas menjadi suntikan motivasi bagi anak-anak Puncak meraih cita-cita.
Dukungan penuh datang dari Panglima Komando Operasi TNI Habema, Mayjen TNI Lucky Avianto, yang memandang pendidikan sebagai pilar strategis pembangunan Papua. “Pendidikan adalah kunci untuk memenangkan masa depan Papua. Prajurit bukan hanya menjaga perbatasan, tetapi juga menjaga masa depan anak-anak bangsa melalui pendidikan, ” tegas Mayjen Lucky.
Ia menambahkan, setiap langkah kecil para prajurit di sekolah perbatasan adalah bukti nyata kehadiran negara hingga ke titik terjauh. “Tak boleh ada anak Papua yang tertinggal dalam meraih ilmu. Prajurit yang mengajar adalah wujud Dharma Bakti untuk membentuk generasi emas yang cerdas, berkarakter, dan mencintai Merah Putih, ” tandasnya.
Melalui program ini, TNI sekali lagi membuktikan bahwa pengabdian tak hanya terbatas pada menjaga batas negara, namun juga menyalakan kembali api impian anak-anak di pelosok Papua. Di Wangbe, di tengah kabut yang menyelimuti sore hari, cahaya ilmu terus berpendar, dibimbing oleh dedikasi para prajurit Banau.
(jurnalis)

Updates.