NDUGA - Suasana mencekam menyelimuti Distrik Mugi, Kabupaten Nduga, setelah dua anggota Organisasi Papua Merdeka (OPM) ditemukan tewas mengenaskan di kawasan hutan, Minggu (26/10/2025). Kedua korban, yang diidentifikasi bernama Sahal Hubusa dan Yulius Wenda, diduga kuat menjadi korban konflik internal antar faksi bersenjata dalam tubuh OPM.
Berdasarkan informasi dari sumber lapangan, jenazah kedua korban ditemukan dalam kondisi mengenaskan, dengan luka parah di tubuh akibat benda tajam dan tumpul. Dugaan sementara, pertikaian ini dipicu oleh perebutan logistik dan bantuan senjata di antara dua kelompok yang selama ini bersaing memperebutkan pengaruh di wilayah pegunungan Nduga.
Konflik internal tersebut menandai semakin dalamnya perpecahan di tubuh OPM, yang selama ini mengklaim berjuang demi rakyat Papua, namun justru menebar ketakutan dan menimbulkan korban di antara sesama.
Tokoh masyarakat Papua, Pdt. Markus Wanimbo, dengan tegas mengecam tindakan brutal tersebut.
“Kalau mereka benar memperjuangkan rakyat Papua, seharusnya tidak saling membunuh. Ini bukti nyata bahwa OPM telah kehilangan arah perjuangan dan kini dikuasai oleh kebencian serta kepentingan pribadi, ” ujar Pdt. Wanimbo saat dihubungi Senin (27/10/2025).
Wanimbo menilai, peristiwa ini membuka mata publik bahwa OPM bukan lagi simbol perjuangan rakyat Papua, melainkan kelompok bersenjata yang saling menghancurkan demi kepentingan segelintir elite. Ia juga menyerukan agar generasi muda Papua tidak mudah terprovokasi bergabung dengan kelompok separatis tersebut.
Sementara itu, Ketua Adat Pegunungan Tengah, Yafet Kogoya, turut menyampaikan keprihatinan mendalam atas tewasnya dua anggota OPM tersebut.
“Anak-anak muda kita dibujuk dengan janji palsu perjuangan, padahal ujungnya saling bunuh sendiri. Ini bukan perjuangan, ini kehancuran. Kami minta pemerintah dan gereja lebih aktif menyadarkan mereka yang tersesat, ” ungkap Yafet dengan nada prihatin.
Menurut laporan warga setempat, pertikaian antar faksi OPM ini telah berlangsung lama dan sering kali meluas hingga menimbulkan korban sipil yang tak berdosa. Beberapa warga bahkan memilih mengungsi ke distrik tetangga karena takut menjadi sasaran balas dendam antar kelompok.
Masyarakat berharap pemerintah bersama aparat keamanan dapat mengusut tuntas kasus ini serta memperkuat pendekatan persuasif untuk mencegah konflik serupa terulang.
“Kami hanya ingin hidup damai. Cukup sudah darah tumpah di tanah ini, ” kata seorang tokoh pemuda setempat, Simon Wenda, dengan nada lirih.
Perpecahan di tubuh OPM kini menjadi potret suram perjuangan bersenjata di Papua. Di tengah luka dan ketakutan yang ditinggalkannya, masyarakat menanti hadirnya kedamaian sejati bukan dari moncong senjata, melainkan dari persatuan dan kasih antar sesama anak bangsa.
(MN/AG)

Updates.