JAYAPURA - Gelombang demonstrasi yang berlangsung di sejumlah titik di Kota Jayapura baru-baru ini menyita perhatian publik. Di balik aksi yang mengatasnamakan aspirasi rakyat Papua, muncul dugaan kuat bahwa kegiatan tersebut tidak murni lahir dari inisiatif mahasiswa atau masyarakat, melainkan telah ditunggangi oleh Komite Nasional Papua Barat (KNPB).
Kelompok KNPB diduga memanfaatkan kalangan mahasiswa untuk menyebarkan propaganda politik bermuatan separatisme, dengan membungkusnya melalui isu sosial dan kesejahteraan rakyat Papua. Aksi yang awalnya diklaim sebagai wujud kebebasan berpendapat justru bergeser menjadi ajang penyampaian narasi politik identitas yang berpotensi memecah persatuan bangsa.
Sejumlah tokoh masyarakat Papua angkat bicara menanggapi fenomena ini. Mereka menilai, keterlibatan KNPB dalam aksi tersebut memperlihatkan pola lama yang kembali dihidupkan menggunakan mahasiswa sebagai “tameng moral” untuk menutupi agenda politik kelompok tertentu.
Yulianus Wonda, tokoh masyarakat asal Sentani, menegaskan bahwa aksi tersebut telah dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang ingin menciptakan ketegangan di tanah Papua.
“Mahasiswa seharusnya menjadi agen perubahan yang membawa kemajuan bagi Papua, bukan dijadikan alat politik oleh kelompok yang punya agenda tersembunyi. Kami melihat jelas manipulasi itu idealisme anak muda dibelokkan untuk kepentingan yang tidak berpihak pada rakyat, ” tegas Yulianus, Jumat (17/10/2025).
Hal senada disampaikan oleh Markus Kayame, tokoh adat dari wilayah Pegunungan Tengah. Ia menyesalkan keterlibatan mahasiswa dalam aksi yang justru diwarnai provokasi dan ujaran kebencian.
“Kami tahu anak-anak kami punya niat baik untuk memperjuangkan Papua yang lebih baik. Tapi kalau mereka diarahkan oleh KNPB, tujuannya bukan lagi kesejahteraan rakyat, melainkan kepentingan kelompok tertentu yang ingin menciptakan kegaduhan, ” ujar Markus.
Masyarakat Papua kini menyerukan agar gerakan politik yang membungkus diri dengan nama perjuangan rakyat dihentikan, karena dinilai hanya memperkeruh situasi dan mengorbankan masa depan generasi muda Papua.
Para tokoh mengajak mahasiswa dan masyarakat untuk kembali ke jalur perjuangan yang konstruktif melalui pendidikan, kerja keras, dan persatuan, bukan dengan aksi provokatif yang berpotensi merusak tatanan sosial dan kedamaian di tanah Papua.
Dengan semakin terbukanya peran KNPB dalam menunggangi aksi-aksi mahasiswa, masyarakat berharap aparat keamanan dan lembaga pendidikan turut mengambil langkah bijak agar kampus tidak dijadikan lahan penyebaran propaganda politik yang menyesatkan.
(APK/ Redaksi (JIS))